Sabtu, 16 Juni 2012

Kesenian Tradisional Buaya Putih Padarincang

Iwan Sape'i, M.Pd
Alamat : Pasar Padarincang-Serang-Banten
Pengelola Sanggar Seni Tradisional Buaya Putih Padarincang
 Menerima Pesanan Upacara Adat Ngarak Pengantin, Mapag Tamu, Peresmian Gedung, Khitanan, Khitanan Massal dll.
Contact Person : 085880919921, 087809794407

 Keterangan Photo : Acara Menyambut Tamu Artis Ibu Kota Kelompok NIJI dalam rangka Prpmosi JARUM 76 di LApangan Kalumpang-Padarincang-Serang November 2012

Kesenian Tradisional Buaya Putih di Padarincang khususnya di Kampung Curugdahu Desa Kadubeureum adalah kearifan lokal budaya yang masih tersisa diwilayah tersebut. Berbeda dengan dibeberapa Kecamatan yang ada di Kabupaten Serang, Kesenian Tradisional Buaya Putih di Kampung Curugdahu sampai saat ini masih terpelihara dan terjaga malah semakin banyak perkembangan. Terbukti dengan masih dilakukannya acara pertunjukan setiap bulan sekali minggu keempat dalam acara latihan yang bertempat disanggar seni. Pertunjukan tersebut biasanya dilakukan dalam acara mapag panganten (pernikahan), khitanan, peresmian gedung, penyambutan tamu, pembukaan perlombaan, ikhtifalan (lepas kenang anak sekolah).
 Siswa SMA N 1 Padarincang sedang latihan teater Buaya Putih

Asal-Usul Kesenian Tradisional Buaya Putih di Kampung Curugdahu Desa Kadubeure Kecamatan Padarincang
Kehidupan masyarakat pedesaan memang sangat unik apabila dibandingkan dengan kehidupan di kota ditunjang dengan lingkungan alam yang asri serta memegang tradisi yang kuat, tercipta suasana kekeluargaan yang akrab dan harmonis di karenakan masyarakat pedesaan saat ini masih senang mendengarkan cerita-cerita tentang dongeng, cerita sejarah serta bersifat aktual lainnya. Nilai budaya inilah yang perlu kita tumbuh dan kembangkan sehingga tidak terlepas dari keaslian dan ciri khasnya, sebab nilai budaya adalah nilai abstrak yang sangat mendasar dan dianggap penting dalam kehidupan manusia yang meliputi hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, manusia dengan alam, serta hubungan manusia dengan waktu dan pekerjaannya.
Alam Padarincang yang indah dikelilingi oleh pegunungan terbentang pesawahan yang luas dan subur dengan panorama yang sangat menawan serta memiliki udara yang nyaman dan segar. Wilayah Kecamatan Padarincang terletak 37 KM dari Ibukota Kabupaten Serang wilayah ini adalah sebagai paru-parunya Ibukota yang terenal dengan beras kewalnya serta buah durian yang lezat rasanya tak ketinggalan pepes belut yang sangat menggoyang lidah.
Dikawasan Kecamatan Padarincang terdapat kawasan hutan lindung dan suaka margasatwa serta Rawa Dano yang sangat terkenal dengan ke angkerannya. Kesenian Tradisional Buaya Putih ada sekitar tahun 70-an dan sebelumnya bernama Kesenian Buaya Mangap. Konon katanya kepalanya terbuat dari pelapah rumbia (Kiray) dalam bahasa setempat, dua pelapah tersebut disatukan dibuat menyerupai kepala buaya maka hasilnya kepala buaya atau mulut buaya itu hanya bisa menganga (mangap) dalam bahasa setempat, dengan demikian disebutlah oleh masyarakat Kampung Curugdahu Desa Kadubeureum Kecamatan Padarincang menyebutnya buaya mangap.
Menurut Bapak Basri kelahiran tahun 1936 dan Bapak Sanukri kelahiran 1933 sejak anak-anak dia sudah tahu ada kesenian tersebut, dan dia bercerita bahwa sejak kecil sudah mengenal dan melihatnya Kesenian Buaya Mangap itu, Buaya Putih yang sekarang dikenal masyarakat luas itu semata-mata  karena hikmah adanya ulang tahun hari jadi Kabupaten Serang, pada tahun itu 1992 – 1993 diadakan lomba seni helaran tradisional se Kabupaten Serang, dengan hasil kesepakatan masyarakat Curugdahu dan aparat Kecamatan Padarincang maka nama Buaya Mangap itu diperhalus diganti menjadi Buaya Putih, konon katanya kalau mangap berkesan kurang seninya dan berkesan tidak baik. Atas kuasa Allah Alhamdulillah hasil keseriusan para pemain atas bimbingan Surya Permana, S.Pd kelahiran tahun 1956 saat ini pensiunan KCD Padarincang. Kesenian ini tidak termasuk mitos, Kesenian Buaya Putih ini satu-satunya yang ada di Kecamatan Padarincang sebagai seni yang diwariskan oleh para leluhurnya, mengenai pertunjukan Kesenian Tradisional Buaya Putih ini tidak bisa asal tunjuk jari untuk memainkan, karena selain pemain itu harus dilatih terlebih dahulu juga harus tahu nada musik yang dimainkan oleh pemusik rudat sehingga langkah demi langkah saat berjalan pun mengikuti irama rudat dan bedug besar, selain itu pula Kesenian Buaya Putih ini termasuk benda-benda yang dipasang di kerangka buaya tersebut berfungsi sebagai sarana penghantar yang akan dibawa ke pihak mempelai putri pada saat perkawinan sebagai bentuk seserahan dari pihak mempelai pengantin pria yang tentunya ditujukan kepada mempelai wanita.
Barang-barang atau benda lain yang akan diberikan kepada mempelai putri, dikemas di atas kerangka buaya putih itu atau disimpan di punggung buaya, dan bentuk kepala buaya atau mulut buaya yang menganga itu semata-mata bukan sebuah hiasan, melainkan  untuk menyimpan bekakak ayam yang akan digunakan pada saat huap lingkung (saling menyuapi antara mempelai pria dan wanita).
Para tokoh masyarakat Curugdahu (Bapak Basri) yang di wawancarai pada tanggal 28 November 2010 menjelaskan bahwa Kesenian Tradisional Buaya Putih merupakan seni asli dari Masyarakat Padarincang khususnya Curugdahu. Lahirnya seni ini tidak pasti atau tidak ada yang tahu sebab ketika mereka lahir, seni ini sudah ada. Prediksi lahirnya seni ini menurut narasumber (Bapak Basri) sekitar tahun 70-an. Masyarakat Padarincang sudah mengenalnya.
Banyak versi mengenai asal-usul Kesenian Tradisional Buaya Putih di Kampung Curugdahu dan sekitarnya. Salah satunya beranggapan bahwa selain digunakan khusus hajatan pengantinan ada juga yang berpendapat saat hajatan khitanan penyambutan tamu, peresmian gedung, pembukaan perlombaan dan pawai ta’aruf, memanfaatkan seni ini dengan cara memasukan ajaran-ajaran islam kedalam naskah wawacan (bacaan), namun yang lebih diperkuat dalam kesenian ini kebersamaannya (gotong royong) terlihat ketika satu hari sebelum merayakan mengarak pengantin (ngiring panganten) bahasa setempat masyarakat berkumpul untuk membantu pembuatan kerangka buaya tersebut, sehingga masyarakat tanpa diundangpun langsung berdatangan saling membantu ada juga yang memberi bahan-bahan yang dibutuhkan untuk serah-serahan sesuai dengan kemampuan masyarakat itu sendiri.
 
1.             Unsur Wawacan (bacaan)
Wawacan (bacaan) yang dibacakan dalam pertunjukan Kesenian Tradisional Buaya Putih terdiri dari pembacaan salam-salam Assalamu’alaikum dan dibacaan Salawat pembua ngarak pengantin, dan terakhir dibacakan do’a kidung sawer panganten ( pengantin ) namun, hanya beberapa wawacan (bacaan) yang sering dibacakan hal ini berkaitan dengan dua tata cara pembacaan awal dan akhir, artinya sebelum berangkat dibacakan salam-salam dan salawat dan yang terakhir setelah selesai acara dibacakan kidung sawer panganten atau pepeling ( pengingat ) oleh juru kawih.
Wawacan (bacaan) dalam bentuk  do’a-do’a yang disampaikan pada sa’at mau berangkat mengarak pangaten (pengantin) yang sering dimulai atau diawali oleh H.Ustad Tb. Ma’mun Masyarakat Kampung Pasar Padarincang dan diikuti oleh kelompok dari Kesenian Tradisonal Buaya Putih yang tentunya sudah dilatih sebelumnya dan diikuti pula oleh keluarga mempelai laki-laki do’a tersebut seperti dibawah ini :
Keluarga besar Mempelai pria sebelum berangkat menuju kediaman Mempelai Putri maka terlebih dahulu dibacakan Do’a seperti di bawah ini

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
اَللَّـهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَزِدْ وَدِمْ وَأَنْعِمْ وَتَفَضَّلْ وَبَـارِكْ بِجَلاَلِكَ وَكَمَالِكَ عَلَى زَيْنِى عُبَّـادِكَ وَأَشْرَفِ عُبَّـادِكَ. أَشْرَافِ الْعَرَبِ وَالْعَزَمِ . وَإِمَـامِ طَيِّبَةً وَالْحَرَامِ. وَمَنْ بَعِ الْعِلْمِ وَالْحِلْمِ وَالْحِكْمَةِ وَالْحِكاَمِ . أَبِى القَسِيْمِ سَيِّدِنَـا وَمَوْلَنَـا صلعم . زِدْهُ شَرَفًا وَكَرَمًـا وَتَعْظِيْمًـا وَمَحَبَّةً . وَسَلِّمْ رَضِيَ اللهُ تَبَـارَكَ وَتَعَـالَى عَنْ كُلِّ صَحَـابَةِ رَسُوْلِ اللهِ أَجْمَعِيْـنَ.
Bismillahirrohmanirrohiim
Allohumma solli Wasallim wazid wadim wa An’im watafaddol wabaarik bijalaalika wakamaalika ‘Alaa Zaini “Ubbaadika Wa asyrofi ‘Ubbaadika. Asyrofil ‘Arobi Wal azami. Wa Imaami Toyyiban walharoom. Wamam bail Ilmi walhilmi wal hikmati walhikaam. Abil Kosiimi sayyidina wamaulanaa Saw. Zid syarofaw wakaromaw wata’dhimaw wamahabbatan.
Wasallim rodiallohu Tabaaroka wat’alaa an kulli Sohaabati Rosulillahi ajmaiin.

Hartosna /Artinya :
Kalawan nyebat jenengan Alloh anu maha Welas tur nu maha Asih
Dengan menyebut nama Alloh yang mha Pengasih dan maha Penyayang
Nun Gusti Allah mugi-mugi ngarohmatan Gusti
jeung mugi-mugi nyalametkeun Gusti
Jeung mugi-mugi nambahan rohmat Gusti
Jeung mugi-mugi ngalanggengkeun Gusti
Jeung mugi-mugi masihan Nikmat Gusti
Jeung mugi-mugi ngagungkeun Gusti
Jeung mugi-mugi ngaberkahan Gusti. Demi ka agungan Gusti sareng demi ka sampurnaan Gusti atas papaes hamba gusti jeung ka mulyaan hamba Gusti atas jalma anu mulya anu bangsa tanah Arab jeung tanah Azam (Luar arab).
Jeung anu jadi paamingpin tanag Toyyib(Madinah) jeung tanah Haram(Mekah).
Jeung anu jadi sumber ilmu jeung sifat Hilim/kalem/teu buru-buru jeung sumber hikmah jeung sumber hukum.
Tegesna/Tafsiran ki Abil Kosim anu jadi Gusti kami sadaya nyaeta Kangjeng Nabi Muhammad saw.
Mugi-mugi Nambihan Gusti(Alloh) ka Kangjeng Nabi Muhammad saw kan ka mulyaan jeung tegesna kamulyaan jeung ka agungan jeung ka bogoh.
Jeung mugi-mugi nyalametkeun jeung ngaridoan Gusti Alloh anu maha Agung jeung anu maha luhur tina sakabeh sahabat Kangjeng Rosululloh /nyatana sadayana.
Artinya dari bahasa Indonesia :
Ya  Allah semoga  memberikan rahmat
Dan semoga menyelamatkan
Dan semoga menambah rohmat
Dan semoga memberi ketetapan
Dan semoga memberi kenikmatan
Dan semoga mengungkan
Dan semoga memberi keberkahan Demi ke besaran Allah dan demi kesempurnaan Allah atas kesempurnaan hambanya dan kemuliaan hambanya atas manusia yamg mulia dari bangsa Arab dan luar tanah Arab
Dan yang jadi pemimpin tanah Madinah dan tanah Mekah. Dan yang menjadi sumber ilmu dan sifat Hilim (penyabar)  dan sumber hukum yaitu Abul Qosim yang menjadi tauladan kami semua yaitu Nabi Muhammada saw.
Semoga Allah menambahkan kemuliaan kepada Nabi Muhammad  dan ke agungan dan kecintaan dan semoga memberi keselamatan dan memberi keridoan Allah yang maha Besar dan maha Tinggi kepada semua sahabat Rosulullah saw.
Lafad berikut arti :
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Bismillahirrohmanirrohiim
Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang

اَللَّـهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَزِدْ وَدِمْ وَأَنْعِمْ وَتَفَضَّلْ وَبَـارِكْ
Allohumma solli Wasallim wazid wadim wa An’im watafaddol wabaarik
Ya Allah semoga memberi rahmat dan keselamatan dan menetapkan dan memeberi nikmat dan mengagungkan dan semoga memberi keberkahan

بِجَلاَلِكَ وَكَمَالِكَ عَلَى زَيْنِى عُبَّـادِكَ وَأَشْرَفِ عُبَّـادِكَ
Bijalaalika wakamaalika ‘Alaa Zaini “Ubbaadika Wa asyrofi ‘Ubbaadika.
Demi kebesaran-Mu dan kesempurnaan-Mu hiasilah hambamu dan muliakanlah hambamu
 أَشْرَافِ الْعَرَبِ وَالْعَزَمِ . وَإِمَـامِ طَيِّبَةً وَالْحَرَامِ
Asyrofil ‘Arobi Wal azami. Wa Imaami Toyyiban walharoom
Atas kemuliaan bangsa Arab dan luar bangsa Arab
وَمَنْ بَعِ الْعِلْمِ وَالْحِلْمِ وَالْحِكْمَةِ وَالْحِكاَمِ . أَبِى القَسِيْمِ سَيِّدِنَـا وَمَوْلَنَـا صلعم
Wamam bail Ilmi walhilmi wal hikmati walhikaam. Abil Kosiimi sayyidina wamaulanaa saw
Yang menjadi sumber ilmu,hilm,hikmah dan hukum yaitu Abi Qosim  saw yang menjadi panutan kami semua

زِدْهُ شَرَفًا وَكَرَمًـا وَتَعْظِيْمًـا وَمَحَبَّةً
Zid syarofaw wakaromaw wata’dhimaw wamahabbatan.
Tambahkanlah kemuliaan,keagungan,kebesaran dan kasih sayang
وَسَلِّمْ رَضِيَ اللهُ تَبَـارَكَ وَتَعَـالَى عَنْ كُلِّ صَحَـابَةِ رَسُوْلِ اللهِ أَجْمَعِيْـنَ
Wasallim rodiallohu Tabaaroka wat’alaa an kulli Sohaabati Rosulillahi ajmaiin.
Dan berilah keselamatan dan keberkahan dari semua para sohabat rosuulullah saw sekalian
Begitu pun dengan wawacan (bacaan) do’a buka pintu dibacakan seusai akad nikah sebelum duduk bersanding dipelaminan maka diadakan terlebih dahulu acara buka pintu, posisi pihak mempelai putra ada di depan pintu dan ditutup dengan sabuk atau kain panjang dan pihak mempelai putri ada di dalam bertanda mengingatkan bahwa ada tamu untuk berkunjung yang sudah sah  menjadi suami mempelai putri.
Seusai akad nikah sebelum duduk bersanding di pelaminan maka diadakan terlebih dahulu acara buka pintu.
Tahap pertama
سَـلاَمْ سَـلاَمْ أَلسَّـلاَمُ عَلَيْكُمْ دَرَابِهِمْ مُوْرَوْ نَعِيْمِ
رَاَ اللهْ رَأَاللهُ الْبَيْتً نِ الْحَمَامَةَ يَجْمَعُوْ... يَـالَيْلْ... يَالَيْلْ...يَالَيْل...
Salam Salam Assalamu ‘alaikum Daroobihim murau na’iim
Ro Allah Ro Allaul Baitani hamamati yajma’uu… Yaliiil…Yaliil… Yaliil..

Hartosna/Artinya :
Ari kasalametan eta mugi tetep atas maraneh kabeh nyatana/tegesna Desa kaum muslimin muslimat nyatana/tegesna desa kanikmatan
Ya Allah ya Allah muga masihan nikmat gusti kana ahli bait anu tetep dina panggonann nana anu kumpul kabeh … Yaliil….Yaliil…Yaliiil
Keselamatan semoga menyertai kamu sekalian yaitu desa kaum muslimin muslimat yang punya kenikmatan.
Ya Allah ya Allah semoga memberi nikmat kepada  pemilik rumah yang menempatinya yang berkumpul semua … Yaliiil….yaliiil…yaliiil…

سَـلاَمْ سَـلاَمْ أَلسَّـلاَمُ عَلَيْكُمْ دَرَابِهِمْ مُوْرَوْ نَعِيْمِ
Salam Salam Assalamu ‘alaikum Daroobihim murau na’iim
Keselamatan semoga menyertai kamu sekalian yaitu desa kaum muslimin muslimat yang punya kenikmatan.

رَاَ اللهْ رَأَاللهُ الْبَيْتً نِ الْحَمَامَةَ يَجْمَعُوْ... يَـالَيْلْ... يَالَيْلْ...يَالَيْل...
Ro Allah Ro Allaul Baitani hamamati yajma’uu… Yaliiil…Yaliil… Yaliil..
Ya Allah ya Allah semoga memberi nikmat kepada  pemilik rumah yang menempatinya yang berkumpul semua … Yaliiil….yaliiil…yaliiil…

Tahap ke dua :
يَـالَيْلْ....... فَلاَ زَلَ غَلْبِ لِلْحُمُوْمِ مُلاَزِمًـا اِذَا كَانَ هَذَا الْبَابُ لَيْسَ يُوَسَّعُ يَـالَيْلْ.......  يَاحُجْرَةً ضَمَّ جمَالَ مُحَمَّدٍ حَوَيْتِ كَرِيْمًا سَيِّدًا بَدْرًا مَطَالَ عُمْرُ مِنِّى يَـاحَبِيْبِى
يَـالَيْلْ....... أَنْ أَنْظُرَ الْحُجُرَةَ مَقَـامَكَ مَحْمُوْدٌ وَأَنْتَ مُحَمَّدٌ وَرَبُ السَّـمَاءِ أَضـَاؤ يَـالَيْلْ.......
Bacaan dengan latin

Yalaiil….Falaa zala gholbi lilhumuumi Mulaziman ida kaana hadal babu laisa yuassa’u
Yaliil……Ya Hujrotan dhomma jamala Muhammadin hawaiti kariiman sayyidan Badran mathoola ‘umru minnii ya habibi
Ya laiiil…. An Andhuro hujurota makoomaka Mahmuudun waanta Muhammadun  Warobbus samaa’i Adhoo’u  Ya Laiiil….
Hartosna /Artinya :
Ya Liiil… panjang !
Mangka teu gingsir-gingsir / teu eureun-eureun kana ngelehkeun sakabeh kabingung dina salagina langgeng saha jalma tatkala/lamun aya naon ieu pintu anu teu aya bisa ngajembarkeun
Ya Liil…..He Ahli kamar, ngumpulkeun Gusti kana ka Agungan Kangjeng NAbi Muhammad saw dina waktu mayeng/tetep kamulyaan anu jadi Gusti anu jadi bulan purnama sapanjang umur tina kaula teh kekeasihku
Ya Liiil….. Kana yen tah muga ningali kaula kana tempat gusti (Nabi) jeung makom Gusti (Nabi) anu dipuji jeung ari Gusti eta anu dipuji jeung anu ngurus sakabeh langit berang jeung peuting  Ya Liiil…..
Ya Liiil…. Panjang
Maka tidak akan berhenti menghilangkan kebingungan selama pintu itu ada dan terbuka lebar
Ya Laiiil….. Ya penghuni kamar semoga Allah mengumpulkan kebesara Muhammad saw  pada waktu tetap kemuliaan yang menjadi Bulan purnama sepanjang usiaku. Hai Kekasihku…
Ya Liiil….. Dan semoga Allah memperlihatkanku pada makom Nabi yang terpuji. Dan Kamu lah Allah yang menerangi lagit siang dan malam Ya Liiil…..

يَـالَيْلْ....... فَلاَ زَلَ غَلْبِ لِلْحُمُوْمِ مُلاَزِمًـا اِذَا كَانَ هَذَا الْبَابُ لَيْسَ يُوَسَّعُ
Yalaiil….Falaa zala gholbi lilhumuumi Mulaziman ida kaana hadal babu laisa yuassa’u
Ya Liiil…. Panjang
Maka tidak akan berhenti menghilangkan kebingungan selama pintu itu ada dan terbuka lebar

يَـالَيْلْ.......  يَاحُجْرَةً ضَمَّ جمَالَ مُحَمَّدٍ حَوَيْتِ كَرِيْمًا سَيِّدًا بَدْرًا مَطَالَ عُمْرُمِنِّى يَـاحَبِيْبِى
Yaliil……Ya Hujrotan dhomma jamala Muhammadin hawaiti kariiman sayyidan Badran mathoola ‘umru minnii ya habibi
Ya Laiiil….. Ya penghuni kamar semoga Allah mengumpulkan kebesara Muhammad saw  pada waktu tetap kemuliaan yang menjadi Bulan purnama sepanjang usiaku. Hai Kekasihku…

َيـالَيْلْ....... أَنْ أَنْظُرَ الْحُجُرَةَ مَقَـامَكَ مَحْمُوْدٌ وَأَنْتَ مُحَمَّدٌ وَرَبُ السَّـمَاءِ أَضـَاؤ يَـالَيْلْ.......
Ya laiiil…. An Andhuro hujurota makoomaka Mahmuudun waanta Muhammadun  Warobbus samaa’i Adhoo’u  Ya Laiiil….
Ya Liiil….. Dan semoga Allah memperlihatkanku pada makom Nabi yang terpuji. Dan Kamu lah Allah yang menerangi lagit siang dan malam Ya Liiil…..
                                                                                                         




DIALOG BUKA PINTU DENGAN BAHASA SUNDA
P          : Saha eta anu di luar
              ketrok bangun nu sidik
              teuaya pisan ras-rasan
              tah geuning keketrok deui
L          : Duh eulis mugi di tampi
              pan ieu teh anu dijugjug
P          : Saha atuh anu diluar
L          : Eulismah kacida teuing
              buka pintu ieu engkang hoyong teupang
P          : Mangga! Tapi saha euta
              abdi hoyong geura sidik
              mangga abdi hoyong terang
L          : Pan engkang caroge eulis
              bieu geus kasaksen
              urang duaan ngadahuk
              kasaksen kusadayana
              sareng wantun sumpah kayang widi
P          : Lamun leres cing atuh neda waleran
P          : Naon anu jadi padoman
  pikeun engkang nyandang   abdi
L          : Kapan ikhsan sareng iman
              iman tekad dina ati
              ikhsan laku pinilih
P          : Dupi jihad nu dituju
              jeroning nyandak garwa
L          : Kajihad ni’mating gusti
P          : Bangun leres nu diluar teh panutan
L          : Atuh blak panto teh buka
P          : Antosan sakedap deui!
              abdi rek tumaros heula, naon pikeun modal diri
              keur hirup sareng abdi, ukur jujur sareng junur
              leuh mangga atuh lenggah mung abdi neda saeutik
              memeh lebet teh pok ngaos sahadat heula
P/L      : Bismilahirrohmanirrohim
              ashaduallailahailallah
              waashaduannamuhammadarrosulullah

Begitu pun dengan wawacan (bacaan) kidung atau yang sering disebut kidung sawer panganten (pengantin) yang menceritakan seorang pengantin putri harus menerima kedatangan suami serta taat pada suami begitu pula seorang suami harus santun, harus banyak bertanggung jawab pada istri dan sepasang pengantin harus sujud dihadapan kedua orang masing-masing untuk memohon do’a dan ucapan terima kasih yang telah mendidik hingga menikah, harapan kedua mempelai pun agar langgeng berumah tangga dan keluarga sakinah mawadah warahmah.
Dan juru kawih sambil mengumandangkan kidung sawernya seperti dibawah ini :
KIDUNG SAWER (SAWER PANGANTEN)
Bismillah ngawitan ngidung
Nyebut asma maha suci
Maha welas maha asih
Sembaheun urang sadaya
Lahir tumekaning batin

Kidung pangjurung rahayu
Hariring pamatri asih
Haleuang panyimpai heman
Kaujang nyai sarimbit
Nunuju kasinagrahar
Rahmat ni’mat maha widi

Aduh eneng asep (bisa diganti dengan nama) buah kalbu
Sing tapis ngawisik diri
Kasepuh langgeng sumujud
Kanu asih tileuleutik
Ibu rama nu miheman
Jasana moal kabeuli

Sukuran kamaha agung
Sumujudnya nglalakonan
Lima waktu sing gumati
Netepan parentah allah
Dipalar salehna galih

Pamungkas hariring kidung
Pamelang rineka dangding
Sugan aya mangpaatna
Keur bekel hirup di lahir
Mugi gusti ngaijabah
Amin ya robal alamin

Amin ya robbal alamin mugi gusti nangtayungan
2.             Unsur Pemain dan Pemusik
Ada beberapa syarat untuk menjadi pemain Kesenian Tradisional Buaya Putih khususnya lengser (pemandu keseluruhan acara), seorang lengser harus mengetahui tugas keseluruhan pemain serta memberi kode-kode terhadap petugas pembaca wawacan (bacaan) kapan saat dimulai sebelum berangkat lengser sudah mempunyai kode atau aba-aba termasuk kapan mulai musik rudat dibunyikannya.
Pemain Kesenian Tradisional Buaya Putih berjumlah sekitar minimal 40 maksimal 50 orang masing-masing mempunyai tugas tersendiri, seperti : 2 orang paling depan dan dua orang paling belakang semuanya terdiri dari laki-laki yang bertubuh kekar, karena bertugas sebagai pembawa atau pemain umbul-umbul besar yang berfungsi sebagai benteng pembatas depan dan belakang Kesenian Tradisional Buaya Putih. Urutan kedua  pada barisan kesenian tersebut berdiri seorang lengser bertugas untuk mengatur keseluruhan anggota dan saat pertunjukan sudah dimulai lengser tidak tetap disatu tempat artinya bisa kemana saja untuk mengawasi dan memberi kode (tanda) gerakan-gerakan yang lainnya urutan ketiga pada barisan kesenian tersebut 2 orang boleh dari 2  putra atau dari 2 orang putri atau dari 2 orang putra dan putri bertugas membawa spanduk yang bertuliskan Kesenian Tradisional Buaya Putih diurutan keempat terdiri dari 10  orang putra bertugas memainkan umbul-umbul kecil sebagai pemeriah acara saat display (atraksi) urutan kelima terdiri dari 8 orang sebagai pagar ayu atau penari dengan gerakan sebagai penabur bunga untuk menghormati kedua mempelai yang dianggap sebagai raja dan ratu buaya putih urutan keenam ini relitif tergantung yang punya hajat seperti jika pernikahan maka posisi disini sepasang pengantin, jika khitanan masih diposisi keenam maka seorang anak kecil sebagai pengantin sunat, dan jika penyambutan tamu, maka tamulah yang tepat posisi diurutan keenam dll, diurutan ketujuh 4 orang bertugas sebagai pemain atau penggerak buaya putih jika dalam perlombaan, tetapi kalau dalam pernikahan maka sekitar sepuluh orang yang bertugas sebagai pengangkat atau penggotong buaya, urutan kedelapan 24 orang putra sebagai pemain musik rudat urutan kesembilan 3 orang putra sebagai pemain bedug besar.
3.             Tahapan Pertunjukan
a.              Tahapan pertunjukan dalam Kesenian Tradisional Buaya Putih, pembacaan yassin dilakukan pada malam hari ba’da isya sebelum keesokan harinya pertunjukan dimulai dengan bersama-sama seluruh pemain Kesenian Tradisional Buaya Putih, menurut Bapak Mansyur (saat wawancara tanggal 27 November 2010), kegiatan ini bertujuan untuk memohon kepada Yang Maha Kuasa (Allah) supaya kegiatan pertunjukan dapat dilaksanakan dengan tanpa gangguan apapun. Setelah membaca do’a bersama, sesepuh pada kesenian tersebut membagikan air putih yang sudah disiapkan dari teko dan dituangkan kedalam gelas untuk diminum oleh para pemain.
Adapun tujuan untuk meminta barokah /keselamatan kepada Allah agar diberikan kamonesan menurut bahasa masyarakat Curugdahu, kamonesan dalam arti keistimewaan saat pertunjukan berlangsung, maka setiap peserta atau para pemain Kesenian Tradisional Buaya Putih diwajibkan pada saat pengajian yassin dan do’a bersama hadir dan tidak ada satupun yang ketinggalan.
b.             Cara Penyajian
          Seperti dijelaskan sebelumnya, pertunjukan Kesenian Tradisional Buaya Putih tidak memerlukan panggung yang khusus disediakan. Karena para pemain hanya berbaris atau berjajar dijalan, atau dihalaman. Karena kesenian ini sifatnya helaran atau seni berjalan, bergoyang atau menari serta mengerak-gerakkan buaya berjalan sambil menuju mempelai putri, jika dalam pertunjukan yang sifatnya dilombakan maka ketika didepan juri sekelompok kesenian ini mengadakan display pertunjukan (atraksi).
Penyajian awal dimulai dengan musik rudat dengan jenis bunyi gembrung, bunyi gembrung ini bertanda untuk mengingatkan atau mengundang masyarakat disekitarnya bahwa dengan adanya musik gembrung dibunyikan bertanda pertunjukan atau ngarak pengantin akan segera dimulai. Namun sebelum dimulai seusai musik rudat yang berbunyi gembrung itu, maka dibacakanlah do’a yang berbunyi atau yang bernada seperti mengaji, selesai do’a tersebut dibacakan maka musik rudat pun berbunyi lagi atau dimainkan lagi dengan nada kemplong bertanda pertunjukan dimulai dan berjalan menuju mempelai putri.
4.             Alat Musik Pengiring
Alat musik pengiring dalam pertunjukan Kesenian Tradisional Buaya Putih pada masa lalu sekitar tahun 80-an atau pun sekarang masih sama yaitu sama menggunakan alat musik rudat. Tetapi sekitar 80-an hanya 6 buah rudat saja, yakni: (pengiring) atau talingting, (sela) atau ting-ting-ting, (telu) atau dung-dung, (pongpak) atau pongpak-pongpak, (kempul) atau tung-tung-tung tanpa henti (indung) atau deg-deg-deg atau der-der-der.
Dari keenam alat musik pengiring Kesenian Tradisional Buaya Putih (rudat) semuanya bisa mengeluarkan getaran suara melalui pukulan tangan, kecuali satu alat musik yang dipukul menggunaan ranting kayu yaitu bedug besar yang biasa masyarakat Curugdahu memanggilnya indung (ibu), karena katanya (menurut hasil wawancara dengan Bapak Sadar) suaranya paling besar maka dikatakannya indung, indung yang berarti ibu, maka ibulah yang paling banyak mengayomi dalam keluarga jika dibandingkan dalam kehidupan jadi ibu sangat besar pengaruhnya, maka bedug besarpun sangat besar mewarnai bunyi musik rudat tersebut.
            Sekitar tahun 1992 setelah mendapatkan juara satu lewat lomba helaran Kesenian Tradisional se Kabupaten Serang, maka Dinas Pariwisata Daerah (DIPARDA) selalu mendatangi sanggar yang ada di Desa Kadubeureum yakni Sanggar Seni Tradisioanl Buaya Putih untuk selalu membina tentang pengemasan musik rudat tersebut, dan musik indaung pun diganti dengan bedug besar yang langsung diberi oleh Dinas Pariwisata Daerah. Menurut (bapak Mansyur) saat diwawancarai oleh penulis tanggal 27 November 2010, yang memberi bedug besar tersebut adalah Bapak Ating petugas dari Dinas Pariwisata Daerah (DIPARDA) yang sekarang disebut Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (DISBUDPAR).
            Dengan hasil bimbingan petugas dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (DISBUDPAR) maka, banyak perkembangan tentang pengemasan atau memainkan musik rudat, termasuk jumlah musik rudatnya pun berjumlah 24. Setiap jenis musik berjumlah 4 sehingga jumlah keseluruhan 24 buah jadi 1 macam bunyi musik digandakan menjadi 4, keberuntungannya ketika mengarak dalam pertunjukan, meski ada 1 atau 2 orang pemain musik merasa kelelahan dan berhenti memainkannya masih ada yang lain dengan bunyi yang sama.
            Dengan hasil pengumpulan suara dari keseluruhan bunyi rudat dibedakan menjadi 3 jenis suara atau bunyi yaitu : gembrung, kemplong, dan paria-ria fungsi gembrung bertanda akan segera dimulai dan mengundang warga setempat, kemplong bunyi musik rudat digunakan untuk berjalan atau saat dimulainya pertunjukan sedangkan paria-ria digunakan saat display atau pertunjukan (atraksi).
5.             Busana
Busana yang dipakai dalam pertunjukan Kesenian Tradisional Buaya Putih sangat bervariasi, seperti : untuk pemain rudat selalu memakai baju koko lengkap dengan celananya yang disebut oleh warga masyarakat Curugdahu (kampret) dilengkapi dengan selendang sarung yang dilipat serta memakai peci hitam tetapi kalau untuk warna tidak monoton artinya selalu berganti-ganti warna tentunya yang sudah disediakan oleh pimpinan sanggar (saat ini) untuk pemain atau penggerak buaya masih sama baju koko masih lengap dengan celana (kampret) hanya dilengkapi dengan ikat pinggang dan ikat kepala, pakaian untuk menari model baju kebaya memakai jilbab dan dihiasi dengan selendang yang dipasang di pinggang serta digunakan untuk menari.
Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan dalam pertunjukan, unsur kostum mengalami perubahan atau disesuaikan dengan acara yang diikutinya, terkadang harus sesuai warna dengan yang membutuhkan (penghajat) maka setiap event pun selalu berganti kostum dan warna agar penikmat atau yang menyaksikan tidak merasa bosan dengan kostum dan warna yang di dikenakan (dipakai).
6.             Simbol
Simbol dalam Kesenian Tradisional Buaya Putih setiap akan tampil selalu membuat kerangka buaya yang terbuat dari kayu (untuk kepalanya) satu batang bambu yang ukurannya sesuai dengan yang dibutuhkan untuk dijadikan untuk dijadikan tulang punggung (tulang rusuk) sampai keekor buaya membentuk badan buaya masih terbuat dari bambu dan daun kelapa muda yang masih menguning (janur kuning) dipasang mengelilingi perut buaya hingga ekor, di leher buaya dipasang kalung yang terbuat dari daun sirih berikut batangnya, buah pinang yang sudah menguning (matang), dan ijuk. Simbol ini maksudnya, kerangka buaya digunakan untuk membawa barang-barang yang akan diberikan atau dibawa ke pihak mempelai putri dan ukurannya menunjukan simbol status keluarga pihak mempelai putra daun sirih untuk dimanfaatkan sebagai obat bau badan dan jamu serta dipakai nginang oleh kaum ibu-ibu yang merasa lelah jikalau sedang ikut masak dirumah mempelai putri, dan batang sirih dimanfaatkan untuk ditanam disamping rumah sebagai simbol tanda perkawinan hari, bulan, dan tahun begitu pula dengan buah pinang (jebug) sebutan Masyarakat Curugdahu digunakan untuk jamu tentunya oleh kaum wanita karena konon hasiatnya menjaga kewanitaan serta untuk ditanam di samping rumah sebagai simbol hari, bulan dan tahun perkawinan juga, adapun ijuk yang sama di pasang dileher buaya akan dimanfaatkan oleh pihak mempelai putri sebagai tambang untuk pengikat dan sebagai sapu untuk membersihkan rumah. Tambang dalam perkawinan diartikan untuk mengikat kekeluargaan dan berumah tangga dan sapu diartikan jika dalam rumah tangga ada masalah maka dibersihkan bersama-sama untuk menghilangkan kesalahpahaman, semoga dengan disapu bersama dalam perkawinan bersih dari cobaan dan jika ada berusaha saling memahami kelemahan diantara mempelai putra dan putri.




1 komentar:

  1. izin bertanya kesenian ini mengalami masa kejayaan / terkenalnya pada tahun berapa?

    BalasHapus